Rabu, 28 April 2010

Menjaga Rasa Malu

Rasa malu jika kita letakkan pada tempatnya akan menghiasi diri kita. Ibarat sebuah mahkota, jika kita memakainya di kepala maka akan semakin menambah kewibawaan. Lain halnya jika kita memakainya di kaki atau di punggung, tentu menjadi tidak menarik dan terlihat janggal.(bisa dibilang gelo... hahaha)

Dalam islam, malu adalah bagian dari iman. Sehingga kita bisa memahami bahwasanya salah satu sifat seorang mukmin itu adalah memiliki rasa malu. Hal itu bisa kita lihat dari pemahaman hadits rasulullah saw :
Dari abu hurairah r.a, dari Rasulullah bersabda : “Iman itu memiliki enam puluh lebih cabang. Dan malu itu adalah salah satu cabang iman.” (HR. Bukhori)

Malu itu bermacam-macam. Sebagian ulama membaginya menjadi tiga macam.
1Pertama, malu untuk melakukan hal hal yang diharamkan. Malu yang seperti ini adalah wajib.
2.Kedua, malu untuk melakukan perbuatan perbuatan yang makruh. Nah, malu yang kedua ini adlah malu yang di anjurkan.
3.Ketiga, malu untuk malakukan perihal yang mubah. Dan yang terakhair ini disandarkan kepada adapt. Maksudnya, jika adapt setempat menganggap hal itu tidak biasa dilakukan, maka sebaiknya kita juga tidak melakukannya, agar tidak mendapat penilaian yang tidak sedap dalam pemandangan.

Lantas, malu seperti apakah yang kita maksudkan disini???
Kedekatan dengan seorang teman terkadang menjadikan kita menaruh kepercayaan kepadanya. Kepercayaan itu akan membuat kita menjadi terbuka kepadanya. Dan terkadang keterbukaan kita akan melewati batas. Hal-hal pribadi yang semestinya cukup kita saja yang tahu kadangkala kita sampaikan kepadanya.

Misalnya adalah kita menyampaikan kepada teman kita tentang ketidaksukaan kita kepada orang lain. Lantas kita tidak malu untuk membedah aib orang tersebut dengan terang terangan di depan teman kita tadi. Barangkali teman kita mendengarkan dengan khusyuk (kalo w sih bete abiezzz…) tentang apa yang kita ceritakan tentang keburukan keburukan orang yan gtidak kita sukai. Tapi sebenarnya itu sama dengan menanam nama buruk kita dalam pikiran. Suatu saat teman kita tentu berpikir kalau kita itu ternyata orang yang suka memakan bangkai saudaranya. Padahal, mungkin hanya sekali itu saja kita menceritakan kepadanya.

Ini hanyalah sebuah sarana untuk menjaga keutuhan ikatan persahabatan maupun ukhuwah antara kita dengan orang lain, karena dalam keadaan yang akrab dan suasana yang cair sekalipun kita masih bisa untuk berlaku santun dan teap saling menghormati.

Sumber: Majalah al iman

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Pertamaxx mulu :depresi: like this
jaga tuh kemaluan sebelum di-malu-maluin ma orang lain. hahaha

ryankampur mengatakan...

kemaluan itu anugrah...
atau anu mu yg gerah...
hahaha

ya iyalah pertamax wong yg kunjungin blog ane aja jarang... hehehe
tapi tetep posting, pantang menyerah. . . qeqeqe :maju:

udahtaubelum mengatakan...

wah setuju bro, kita harus malu ngomongin kejelekan orang! itu namanya menggunjing (eh bener kan??) hehehe

ryankampur mengatakan...

menggunjuing apa ya??? hmm.... cari di google dulu ahh... hahaha...

thx dah b'kunjung...